HEROIN DAN LASS

HEROIN DAN LASS

“Bandar Besar Heroin di Tangerang Tewas Ditembak Polisi”. Ini merupakan salah satu judul berita di timline SINDONEWS.COM yang beredar pada Selasa 17 April 2018. Didalam redaksi tertulis, Kapolrestro Tangerang Kombes Pol Harry Kurniawan mengatakan, pria bertubuh gendut dengan badan penuh tato itu terpaksa ditembak, karena mencoba melukai petugas yang melakukan penangkapan, “dia melawan dengan senjata tajam jenis parang, saat petugas melakukan penangkapan,” kata Harry di kamar mayat RSUD Kabupaten Tangerang. Seperti dilansir dari Sindonews.com.

Heroin atau biasa disebut Putau, Eteb, Kencing Kuda dan lain sebagainya (red-disetiap darah sebutannya beda-beda) ini memang termasuk narkotika yang sangat berbahaya, pada median tahun 2000 an pemakai narkotika jenis ini banyak yang tertular HIV karena dengan penggunaannya yang di suntikan dan bergantian.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah melakukan intervensi kepada pemakai narkotika jenis ini melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dengan dua program andalan, yaitu Harm Reduction ( Pengurangan Dampak Buruk Narkotika) dan PMTS (Pencegahan Melalui Transmisi Seksual) dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran HIV AIDS dan mencegah angka kematian terkait overdosis.

HR sendiri mempunyai 9 (sembilan) komponen yang salah satu di dalamnya adalah “LASS”, yaitu Layanan Alat Suntik Steril. Tujuan dari LASS ini mendorong pecandu narkotika suntik untuk tidak menggunakan alat suntik tidak steril atau berganti-gantian, serta mempermudah akses kesehatan dasar seperti IMS, Hepatitis dan HIV AIDS.

Tangerang Raya sudah mempunyai 7 layanan LASS, yaitu PKM Cikupa dan Balaraja yang berada di Kabupaten Tangerang, PKM Gondrong, Ciledug, Batu Ceper dan Karawaci Baru di Kota Tangerang dan PKM Ciputat yang berada di Tangerang Selatan. Namun berjalannya waktu kini hanya tinggal 3 layanan LASS, yaitu PKM Balaraja, Karawaci Baru dan Gondrong.

Jika pada hari Selasa, 17 April 2018 terjadi penangkapan terhadap bandar heroin di Karawaci Kota Tangerang dengan cara di tembak mati dikarenakan melawan ketika ingin ditangkap. Kemungkinan beberapa bulan sebelumnya memang sudah ada permintaan terhadapa narkotika jenis ini dan bukan tidak mungkin pemakai lama muncul kepermukaan lagi atau ada permintaan dari para pemakai obat obatan anti depresan yang disuntikan sehingga ketertarikan terhadap penggunaan heroin timbul bersamaan dengan bertambah dosisnya yang semakin tinggi.

Seperti di kutip dari Facebook Banten Drug Policy Reform “Isu kelompok pengguna Napza suntik mulai aktif dalam 2 (dua) bulan terakhir di beberapa lokasi di Jabodetabek bukan hisapan jempol. Di penghujung 2017 masih didengar peredaran gelap narkotika yang di suntik baru sebatas jenis fentanyl, pethidine, dan suboxone yang merupakan trend terbanyak di tahun 2016-2017. Ditambah kegilaan kelompok pengguna Napza suntik yang menyuntikan jenis anti depresan serta sabu-sabu.

Jika demikian, pecandu narkotika suntik jenis baru ini mulai ketagihan kembali terhadap heroin, akan tidak mungkin penularan Hepatitis, HIV AIDS dikalangan pecandu angkanya akan bertambah. Untuk itu program LASS yang sudah di siapkan diharapkan bisa mengantisipasi dengan kejadian-kejadian seperti ini, sehinga perubahan perilaku menyuntik ini dapat mengurangi risiko tertular atau menularkan HIV lewat jarum suntik.

_Angga K_

Leave a Reply