Padepokan Sebagai Alternatif Lembaga Masyarakat Religi dan Berbudaya Mengantisipasi Penyebaran HIV/AIDS

Padepokan Sebagai Alternatif Lembaga Masyarakat Religi dan Berbudaya Mengantisipasi Penyebaran HIV/AIDS

 

Membahas “Karakter Masyarakat Religi dan Berbudaya Dapat Mengantisipasi Penyebaran HIV/AIDS” yang luas sekali cakupannya. Dalam kesempatan ini, perkenankan subjeknya saya ciutkan merujuk remaja yang berada dalam masyarakat religi dan berbudaya tersebut. Ya, remaja pewaris sah negeri ini. Calon pemimpin yang pada masa pubertasnya paling rentan atas ancaman musuh kita bersama yang bernama narkoba dan HIV/AIDS.

Sebagaimana kita ketahui, narkoba dan HIV/AIDS, antara lain disebabkan pergaulan bebas yang tidak terkendali. Pergaulan bebas berakar dari kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan, dalam hal ini agama di samping ketidakstabilan emosinya, praktis rentan sekali terkena PMS (penyakit menular seksual) dan penggunaan narkoba yang rentan mengundang penyakit seperti HIV/AIDS, dan tentu saja: kematian.

Masa pubertas kita ketahui merupakan masa peralihan yang dipengaruhi berbagi faktor, diantaranya bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Masa yang seyogyanya memiliki kesadaran atas pentingnya manusia dan nilai-nilai kemanusiannya, kesadaran atas pentingnya pengembangan potensi diri. Kita pun tahu, bahwa membentengi remaja dengan keimanan dan ketakwaan kepata Tuhan Yang Maha Esa serta penyaluran minat dan bakat dapat menyelamatkan remaja dari ancaman HIV/AIDS sekaligus upaya dalam merengkuh kesuksesan hidup. Akan tetapi, tentu tidak sesederhana mengucapnya, karena itu, orang tua dan masyarakat luas semestinya berperan aktif memotivasi, memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses melewati masa keremajaannya.

Masyarakat Religi dan Berbudaya.

Berbunga-bunga rasanya mengucap frase “masyarakat religi dan berbudaya”. Terbayang masyarakat yang oleh para dalang diucap hidup di negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Terbayang anak-anak dan remajanya yang cerah ceria sebagaimana terlukis dalam nukilan puisi Sapardi Djoko Damono berikut:

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk

dan menyanyi kecil buatmu

aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,

kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam

kerja yang sederhana

bibirku tak bisa mengucapkan kata-kata yang sukar dan

tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal

selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,

di mata perempuan yang sabar,

di telapak tangan yang membantu para pekerja jalanan;

kami telah bersahabat dengan kenyataan

untuk diam-diam mencintaimu

Nukilan puisi tersebut diawali dengan semangat berkiprah memulai hidup dan kehidupan sejak pagi baik pagi dalam makna denotatif atau konotatifnya. Hal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits: Barangsiapa salat fajar berjamaah lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit lalu salat dua rakaat, niscaya ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah.

Bait tersebut juga mengugkapkan keceriaan generasi muda yang berangkat sekolah dengan ceria menyongsong masa depannya. Dalam hal ini termaktub janji dalam firman Allah di Almujadalah, 11 sebagai berikut: Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Sementara hadits Rasulullah SAW pun menyebutkan bahwa Allah menyukai seorang mukmin yang mempunyai keahlian.

Sunguh bukan hal yang mudah membentengi remaja dari rayuan narkoba. Peredaran narkoba sudah membabi buta bahkan sudah merambah ke lingkaran anak-anak sekolah. Demikian adanya walau penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah boleh dibilang takada putusnya. Kita tentu tidak rela remaja kian terjerumus dalam pergaulan bebas. “Seseorang itu akan mengikuti tuntuan teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya”. Demikian hadits Rasulullah SAW mengingatkan kita agar dapat merenungkan masyarakat gaul yang aman bagi remaja kita.

Padepokan Nusantara

Semacam padepokan, dalam hal ini lembaga yang mengawinkan sistem pendidikan kuno dengan pendidikan modern dapat menjadi alternatif menggembleng generasi muda. Peserta didiknya diajari belajar sambil berkarya sehingga memungkinkan hidup mandiri. Ini sangat penting mengingat banyaknya remaja yang terlahir di keluarga yang tidak mampu.

Padepokan Nusantara dikemas sebagai lembaga pendidikan, laboratorium dan museum.

Lembaga Pendidikan

Sebagai lembaga pendidikan, padepoakan menerapkan sistem yang merupakan perpaduan anatara sistem padepokan (kuno) dan pendidikan modern. Peserta didik dibekali kemampuan berkarya hingga meluncurkan karyannya. Bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak mampu belajar gratis dengan memodali dirinya sendiri melalui kegiatn produktif binaan padepokan.

Laboratorium

Sebagai laboratorium, padepokan berupaya mempersiapkan piranti yang dapat menjadi acuan para cantrik dalam berkarya sekaligus meneruskan program tahap demi tahap.

Museum

Sebagai museum, padepokan melestarikan karya-karya para peserta didik sebagai stimulan berkarya.

Penutup

Sebagai penutup, saya sampaikan puisi yang saya tulis pada 1 Desember 2010. Puisi yang idenya berangkat dari kelahiran bayi yang menangis keras, mungkin karena tidak berdosa koq menyandang HIV dan bebrapa peristiwa menyongsong hari AIDS sedunia:

Pita Hitam Merindu Sukma

Gerimis diluar meluruhkan daki-daki pagi memberita kelamnya perburuan syahwat yang mengerak di gelas malam. Memanggil aku di jendela yang malu terbuka sepenuhnya ditirai angin kembara memberkas tanya

Adakah dosa warisan pernah ada

Engkau menyangkal hebat. Tapi nyatanya gadis kecil itu warisi dosa moyangnya. Tak minta tapi menangis keras ketika mbrojol dengan penyakit yang gamang penangkalnya

Ayahnya entah siapa. Mungkin Andi mungkin Anda

Ibunya hanya menyungging senyum monalisa

Dunia serasa milik mereka berdua

Banyak saudara tapi takpunya saudara

Banyak tetangga tapi takpunya tetangga

Gerimis di luar. Demam sengit menggigilkan langit. “Peluk Mama, Mer; peluk Mama!”

Mer memeluk dengan sekujur cintanya

Damai kemudian dalam kerahasiaannya

Kuraba dahinya

dingin

lehernya

dingin

Takada denyut di nadinya….

Di seberang gordeng di seberang jalan di lapangan terbuka

Orang-orang berkumpul di bawah bentangan spanduk dan poster

Semua mengenakan pita merah

Siap bergerak ke alun-alun mengenang Hari AIDS Sedunia

1 Desember 2010

eL Trip Umiuki

(Ditulis untuk Hari AIDS Sedunia Kabupaten Tangerang “Diskusi Interaktif Tokoh Masyarakat. Tokoh Agama dan Pemuda dalam Penanggulangan HIV/AIDS”)

 

 

 

Leave a Reply